Contoh Proposal PTK
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP SOAL PEMECAHAN MASALAH DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA BENDA KONKRET (NYATA)
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III A SDN.
Jaya Sakti 02
Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi)
OLEH :
ACHMAD SOFYAN
NIP. 130 415 895
SDN. JAYASAKTI 02
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN MUARAGEMBONG
2007
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Classroom Action Research)
|
Judul Penelitian :
Peneliti
Nama : Achmad Sofyan
NIP :
130 415 894
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Pangkat/Gol/Ruang : Pembina/IV/a
Sekolah : SDN. Jaya Sakti 02
Alamat Sekolah :
Kp. Cabang Ds. Jayasakti Kec. Muaragembong
Alamat Rumah :
Kp. Kelapa Dua Ds. Jayasakti Kec. Muaragembong
Kab. Bekasi
Lama Penelitian :
2 bulan
(Oktober 2007 s/d Nopember 2007
Besarnya Dana :
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Mengetahui, Bekasi, September 2007
Kepala Sekolah Peneliti
Achmad Sofyan Achmad
Sofyan
Nip. 130 415 894 Nip.
130 415 894
Mengetahui
Direktur LPP Bina Mitra
Prof. Dr. Nana Sudjana
Nip.130
LEMBAR PERSETUJUAN PENDAMPING
Mengetahui
Pendamping Penelitian
Pendamping I
Oktavia Suwardana,
ST, M.Pd
NIP.
Pendamping II
Drs. H. Elan, M.Pd
NIP.
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Classroom Action Research
A.
Judul
Penelitian
Upaya
Peningkatan Pemahaman Siswa Terhadap Soal Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Penggunaan Alat Peraga Benda Konkret (Nyata).
B. Bidang Kajian
Mata Pelajaran Matematika pokok bahasan soal
pemecahan masalah
C. Pendahuluan
Latar Belakang
Setiap guru mempunyai tugas yang
kompleks. Tugas tersebut antara lain memahami dengan baik materi ajar, memahami
dan memantau dengan baik cara peserta didik belajar, memahami dan menerapkan
teknik mengajar yang efektif, serta memahami cara menggunakan alat peraga atau
media belajar sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
Nana Syaodih Sukmadinata (2003:255)
mengemukakan bahwa :
” Guru merupakan
suatu pekerjaan professional. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan
baik, selain harus memenuhi
syarat-syarat kedewasaan, sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki
ilmu kecakapan keterampilan keguruan. Dengan kata lain keberhasilan suatu
proses pembelajaran dapat dilihat dari peran dan tugas guru dalam merancang,
merencanakan, mempersiapkan, dan menyajikan suatu bahan pembelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa”.
Dari pendapat di atas terlihat bahwa
peran guru sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran. Guru berfungsi
sebagai perancang skenario pembelajaran yang harus mampu menyajikan suasana
belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
Terdapat beberapa komponen yang menentukan
keberhasilan proses pembelajaran, diantaranya ialah : siswa, guru, media atau
alat peraga, lingkungan belajar, dan sebagainya. Seluruh komponen tersebut
merupakan rangkaian sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
sebagai contoh keterkaitan antara guru dengan siswa. Apabila guru memiliki
kemampuan yang baik, sementara siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar,
pembelajaran tidak akan selaras. Sebaliknya apabila siswa memiliki motivasi
dalam belajar, sementara guru kemampuannya kurang, tujuan pembelajaran pun
tidak akan tercapai dengan maksimal.
Salah satu komponen yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ialah alat peraga. Penggunaan alat peraga ini
mutlak harus digunakan dengan maksud memudahkan dan memperjelas suatu konsep
agar mudah dipahami oleh siswa.
Sebagai contoh dalam pembelajaran
matematika, guru harus pandai memilih alat peraga atau media pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam membangun pemahaman sebuah konsep. Dengan situasi
dan kondisi tersebut siswa akan lebih mudah dan termotivasi dalam belajar
matematika karena dia merasa bahwa ternyata belajar matematika itu sangat mudah
sama halnya dengan belajar mata pelajaran lainnya.
Fenomena yang terjadi, siswa merasa
takut dan enggan belajar matematika. Diantara mereka mengeluh bahwa materi ajar
matematika sulit untuk dipelajari dibandingkan pelajaran lainnya. Akibatnya
mereka acuh dan tidak peduli terhadap pelajaran matematika meskipun nilai yang
mereka dapatkan dibawah rata-rata.
Kenyataan tersebut tidak boleh kita
biarkan karena akan berdampak terhadap kualitas proses dan hasil belajar serta
berdampak negatif terhadap pola pikir siswa karena kita tahu bahwa mata
pelajaran matematika sama pentingnya dengan mata pelajaran lainnya yang harus
dikuasai oleh siswa.
Keengganan siswa dalam belajar
matematika dapat terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam proses
belajarnya. Oleh karena itu guru harus memahami dan membantu kesulitan siswa
tersebut, salah satunya dengan penggunaan alat peraga atau media yang dapat memperjelas
pemahaman sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal matematika.
Salah satu sub pokok bahasan
matematika yang dirasakan sulit adalah soal cerita atau dalam kurikulum 2006
dikenal dengan istilah soal pemecahan masalah. Hampir setiap akhir Bab atau
pokok bahasan, soal pemecahan masalah selalu disajikan. Keadaan tersebut
mengindikasikan bahwa soal pemecahan masalah sangat penting karena melatih
pemahaman siswa tentang apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan operasi
hitung apa yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut, dilatih daya
nalarnya bagaimana menyikapi permasalahan yang sedang dan akan dihadapi yang
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, serta bagaimana mencari solusi
pemecahannya.
Realita di lapangan menunjukkan
bahwa siswa kelas III A SDN. Jaya Sakti 02 Kabupaten Bekasi mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Dari hasil tes yang dilakukan
peneliti terhadap siswa kelas III A SDN. Jaya Sakti 02 menunjukkan bahwa kurang
dari setengahnya (32, 28%) memperoleh nilai 7-9, dan sisanya lebih dari
setengahnya (65,71%) memperoleh nilai di bawah enam.
Berdasarkan hasil tes tersebut dapat
disimpulkan bahwa kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam memahami permasalahan dan
setiap siswa cepat puas dengan hasil kerjanya tanpa memeriksa kembali hasil
pekerjaannya.
Berangkat dari permasalahan di atas,
kajian ini bertujuan ingin mengetahui keampuhan alat peraga benda-benda konkret
(nyata) dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap soal pemecahan masalah
matematika dengan judul ”Upaya
Peningkatan Pemahaman SiswaTerhadap Soal Pemecahan Masalah Dalam Pembelajran
Matematika Melalui Penggunaan Alat Peraga Benda-Benda Konkret (Nyata)”.
D. Rumusan dan Pemecahan Masalah
Salah satu komponen dalam sistem
pembelajaran adalah alat peraga atau media. Umumnya guru menganggap kurang
penting keberadaan alat peraga dalam sebuah proses pembelajaran, mereka
berpandangan bahwa tanpa alat peraga pun siswa dapat memahami materi yang
dipelajari.
Beberapa permasalahan yang perlu
dikaji ulang adalah :
1. Bagaimana pembelajaran matematika
khususnya menyelesaikan soal pemecahan masalah sebelum menggunakan alat peraga
benda-benda konkret (nyata) ?
2. Bagaimana aktivitas siswa selama
pembelajaran matematika khususnya menyelesaikan soal pemecahan masalah setelah
menggunakan alat peraga benda-benda konkret (nyata) ?
3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah setelah menggunakan alat peraga
benda-benda konkret (nyata) ?
Pemecahan masalah dapat
didefinisikan sebagai pemulihan kembali situasi yang dianggap sebagai masalah
bagi seseorang yang menyelesaikannya. Pemulihan tersebut melalui serangkaian
perbuatan yang secara bertahap dilakukan atau dipenuhi dan berakhir dalam hasil
yang diperoleh berupa penyelesaian masalah.
Sukirman, (2001:13-17) mengemukakan
bahwa : “Secara umum langkah prosedur pemecahan masalah terdiri dari empat
tahap yaitu : 1) Analisis; 2) Rencana; 3) Penyelesaian; 4) penilaian“.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
kajian ini adalah ingin mengetahui keampuhan dan kehandalan alat peraga
benda-benda konkret (nyata) dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap soal
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Secara khusus tujuan dari
penelitian ini adalah ingin mengkaji tentang :
1. Proses pembelajaran matematika pokok
bahasan soal pemecahan masalah sebelum menggunakan alat peraga benda-benda
konkret (nyata).
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
matematika pokok bahasan soal pemecahan masalah setelah menggunakan alat peraga
benda-benda konkret (nyata).
3. Hasil pembelajaran siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah setelah menggunakan alat peraga
benda-benda konkret (nyata).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah didapat
pengetahuan baru tentang keampuhan alat peraga benda-benda konkret (nyata)
dalam meningkatkan pemahaman siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika.
Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa
- Memberikan motivasi dan rangsangan
kepada siswa untuk belajar lebih baik.
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyikapi dan memecahkan permasalahan-permasalahan matematika yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
2.
Bagi guru
- Memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan tentang pentingnya alat peraga dalam proses pembelajaran.
- Memperbaiki kekurangan-kekurangan dan
kebiasaan lama yang kurang baik dalam melaksanakan pembelajaran.
- Meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru dalam fungsinya sebagai pelaksana pendidikan di
sekolah.
G. Kajian Pustaka
1. Soal Pemecahan Masalah dalamPembelajaran Matematika
E.T. Russefendi, (1995:59)
mengemukakan tentang pengertian matematika. Dia mengemukakan bahwa :
”Matematika
merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau
struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat
memahami struktur-struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan pemahaman
tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu. Hal ini berarti
belajar matematika adalah belajar konsep-konsep dan struktur-struktur yang
terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsepdan struktur-struktur tersebut“.
Dari pernyataan di atas, dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang melatih siswa berpikir
kritis, logis, dan sistematis dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang
terdapat dalam matematika.
Salah satu bentuk soal yang selalu
disajikan dalam setiap akhir pokok bahasan ialah sajian soal cerita atau
pemecahan masalah. Ironisnya, bentuk soal inilah yang dirasakan sangat sulit
dipahami dan diselesaikan oleh siswa.
Melalui bentuk soal pemecahan
masalah inilah siswa dituntut mampu memahami apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, dan operasi hitung apa yang diperlukan untuk menyelesaikan soal
tersebut, dilatih daya nalarnya bagaimana memperjelas objek abstrak menjadi
konkret serta menyikapi permasalahan yang sedang dan akan dihadapi yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, dan bagaimana cara mencari solusi
penyelesaiannya.
Agar dapat menyelesaikan soal
pemecahan masalah dengan benar selain harus memiliki kemampuan operasi hitung
penjumlahan, pengurangan, pembagian dan oprasi campurannya, siswa juga dituntut
memiliki kemampuan membaca pemahaman dan menafsirkan objek abstrak menjadi
konkret sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang terkandung dalam soal.
Dalam kurikulum Berbasis Kompetensi
(Depdiknas, 2001:74) dijelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal pemecahan
masalah matematika terdapat beberapa langkah, diantaranya : 1) Memahami soal;
2) Memilih pendekatan; 3) Menyelesaikan model, dan; 4) Menafsirkan solusi.
Peran guru sebagai fasilitator dan
motivator harus mampu membantu kesulitan siswa dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi. Guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang memudahkan
siswa memahami konsep-konsep dan struktur abstrak menjadi konkret (nyata)
sehingga siswa merasakan kenudahan dan termotivasi untuk menyelesaikan soal pemecahan
masalah matematika.
2. Pengertian dan Kedudukan Alat Peraga dalamPembelajaran
Proses pembelajaran merupakan sistem
kesatuan yang mempunyai hubungan erat antara satu komponen dengan komponen
lainnya. Inti dari proses pembelajaran ialah interaksi antara siswa dengan yang
lainnya terutama guru dengan alat peraga beserta komunikasi pendidikan yang
terjadi dalam sebuah situasi sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan
berhasil.
Adapun kriteria belajar yang
berhasil meliputi :
a. Pengaruh yang besar dari interaksi proses
pembelajaran terhadap prestasi siswa dalam bentuk penguasaan materi, penggunaan
dan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar, baik yang diperoleh
melalui berbagai bidang studi maupun sebagai akibat komunikasi yang baik antara
siswa dengan yang lain.
b. Suasana yang baik terhadap siswa, guru,
dan siapa saja yang turut serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
dalam hal ini prestasi yang baik menjadi prioritas utama. Suasana yang baik
dalam arti setiap siswa senang belajar, guru memiliki motivasi, orang tua siswa
mempunyai kepercayaan dan keyakinan bahwa anaknya belajar dengan baik.
Pencapaian kedua kriteria di atas
tampaknya tidak mudah. Kondisi tersebut mengandung arti bahwa belajar merupakan
proses yang kompleks dan memiliki tahapan tertentu seperti yang dikemukakan
Edgar Dhole terdahulu bahwa proses belajar dalam keadaan tertentu memerlukan
alat bantu dan sistem penyampaian tertentu.
Alat peraga yaitu alat bantu atau
pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. alat peraga
dapat berupa benda atau prilaku. Benda dapat berupa benda langsung seperti daun-daunan, bunga, pulpen atau
pensil. Dapat juga berupa benda tiruan misalnya model bola dunia atau
gajah-gajahan. Dapat juga berupa benda-benda tidak langsung misalnya papan
tulis, kapur, tape rekorder, atau film. Semua itu dimaksudkan bukan untuk
mengganti guru dalam proses pembelajaran tetapi merupakan pelengkap serta alat
bantu guru dalam penyampaian materi ajar dan proses interaksi dengan siswa
sehingga siswa berhasil dalam belajarnya. Ini menunjukkan bahwa alat peraga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Kedudukan alat peraga dalam proses
pembelajaran dapat kita lihat dari sistem perencanaan pengajaran yang
dikembangkan dalam satuan pembelajaran sebagai produk pengembangan sistem
intruksional.
Gambar 2.1
Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran
3. Beberapa Pertimbangan
yang Mendasari Penggunaan Alat Peraga
Alat peraga terdiri dari dua jenis yaitu
alat peraga jadi dan alat peraga buatan sendiri. Penggunaannya tergantung
berbagai faktor. Tidak
selamanya suatu alat peraga tepat untuk berbagai situasi dan kondisi. Oleh
karena itu diperlukan berbagai pertimbangan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam penggunaan alat peraga diantaranya adalah :
a. Tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran
yang termuat dalam kurikulum dan program pembelajaran harus diperhatikan dalam
memilih suatu alat peraga karena tujuan pembelajaran menentukan arah yang akan
dicapai dengan penggunaan alat peraga tersebut.
b. Tugas dan peran guru, semakin bertambahnya
isi pengetahuan yang harus diberikan guru, ditambah lagi dengan bertambahnya
jumlah siswa, bertambahnya tugas guru baik karena alasan sosial dan ekonomi
maka harus ada jalan keluar. Salah satu jalan keluar itu adalah penggunaan alat
peraga untuk keperluan proses pembelajaran.
c. Tuntutan kurikulum, penggunaan alat peraga
juga harus didasarkan kepada analisa kurikulum. Analisa kurikulum dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pertama berdasarkan kegiatan apa yang
perlu dilakukan oleh siswa dan kedua atas dasar sifat subjek yang perlu
dipelajari.
d. Prinsip umum penggunaan alat peraga, tidak
cukup bila guru mengetahui nilai, kegunaan dan landasan penggunaan alat peraga.
Mereka harus tahu bagaimana cara untuk menggunakannya.
e. Prinsip pemilihan alat peraga, prinsip
utama pemilihan adalah harus didasarkan kepada tujuan belajar yang ditentukan
dengan mengingat karakteristik khusus yang ada dalam kelompok belajar dan
kurikulum.
3. Penggunaan Alat Peraga Benda-Benda Konkret (Nyata)
Semua alat peraga memiliki
karakteristik tertentu. Oleh karena itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip umum
dalam penggunaan alat peraga. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
a. Tidak ada alat peraga yang digunakan untuk
menggantikan kedudukan guru sepenuhnya.
b. Tidak ada alat peraga tunggal yang
digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pendidikan.
c. Alat peraga merupakan bagian integral dari
proses pembelajaran.
d. Penggunaan alat peraga hendaknya mempunyai
tujuan yang jelas.
e. Penggunaan alat peraga yang bervariasi dan
berimbang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai hendaknya mempunyai pengaruh
yang besar terhadap prestasi atau hasil belajar.
f. Penggunaan alat peraga menuntut
partisipasi aktif dari siswa.
Selain harus memperhatikan prinsip-prinsip
umum di atas, guru juga harus memperhatikan dan menentukan jenis alat peraga
yang akan digunakan. Contoh jenis alat peraga yang dapat digunakan dalam
pembelajaran adalah : a) Alat peraga visual, seperti : alat peraga dasar, buku
pelajaran, alat peraga grafis, globe, dan balok; b) Alat peraga didengar
(audio); c) Alat peraga proyektif; d) Alat peraga langsung atau alamiah.
Salah satu permasalahan dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar (SD) ialah keengganan dan rasa takut
siswa ketika akan menghadapi pelajaran matematika. Akibatnya menghambat siswa
dalam memahami materi ajar karena kondisi psikologis mereka yang takut
menghadapi soal-soal rumit dalam matematika.
Keengganan dan rasa takut siswa
dapat terjadi karena mereka menemukan kesulitan memahami konsep-konsep pemecahan
masalah dalam matematika. Apalagi kita tahu bahwa struktur kognitif anak masih
dalam tahap perkembangan. Perkembangan skema akan berlangsung secara bertahap,
makin lama makin sempurna tergantung kepada tingkat kematangan psikis. Apabila
dalam tahap tertentu anak mengasimilasikan pengalaman baru tetapi tidak mampu
diolah oleh struktur kognitifnya, maka terjadilah ketidak seimbangan antara
data yang masuk dengan struktur kognitif.
Piaget (M.D. Dahlan, 1990:49) mengemukakan
tahap-tahap perkembangan intelektual anak sebagai berikut : 1) Tahap sensori
motor (0-2 tahun); 2) Tahap praoperasional (2-7 tahun), terdiri atas : berpikir
prakonseptual (2-4 tahun), berpikir intuitif (4-7 tahun); 3) Tahap operasional
(7-16 tahun) terdiri atas : berpikir operasional konkret (7-11 tahun), dan
berpikir operasional formal (11-16 tahun).
Dari pernyataan di atas terlihat
jelas bahwa struktur kognitif siswa sekolah dasar (SD) dalam tahap berpikir
operasional konkret. Artinya siswa akan mudah memahami konsep-konsep yang
dipelajari jika diberikan contoh-contoh yang konkret (nyata). Oleh karena itu,
yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika khususnya soal
pemecaha masalah kaitannya dengan perkembangan struktur kognitif siswa ialah selalu
menggunakan alat peraga sebagai alat bantu mengkomunikasikan bahan ajar agar
lebih mudah dipahami oleh siswa, sehingga rasa takut dan keengganan siswa
belajar matematika akan hilang karena mereka dikondisikan dalam situasi
pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna bagi mereka.
Alat peraga yang dapat digunakan
dalam pembelajaran matematika pokok bahasan soal pemecahan masalah ialah alat
peraga benda-benda konkret (nyata). Alat peraga benda konkret (nyata) termasuk
kedalam jenis alat peraga langsung atau alamiah yang disajikan dalam bentuk
benda-benda langsung atau alamiah seperti jeruk, mangga, kelereng, pensil,
pulpen, telur dan sebagainya yang biasa dilibatkan dalam soal pemecahan masalah
matematika.
Alat peraga benda-benda konkret
(nyata) sengaja digunakan oleh guru untuk memperjelas objek permasalahan dalam
soal pemecahan masalah matematika. Dengan adanya alat peraga ini diharapkan
pemikiran kognitif siswa terbuka sehingga mudah memahami konsep yang terkandung
dalam soal pemecahan masalah karena mereka melihat dan mendengar dan terlibat secara
langsung dengan objek permasalahannya.
Tujuan lain dari penggunaan alat
peraga benda konkret (nyata) ini adalah diharapkan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, efektif, efisien dan bermakna
bagi siswa.
H. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas III A SDN. Jaya Sakti 02 yang berada di Kampung Cabang Desa Jaya Sakti
Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi, dengan waktu penelitian dilakukan
selama 2 bulan yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan bulan November 2007, dan
mata pelajaran yang akan dikaji adalah matematika tentang soal pemecahan
masalah.
2. Jenis/Metode Penelitian
Permasalahan pokok dalam penelitian ini
adalah bagaimana meningkatkan pemahaman siswa terhadap soal pemecahan masalah
matematika sehingga mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah tersebut dengan
menggunakan alat peraga benda-benda konkret (nyata). Penggunaan alat peraga
benda-benda konkret (nyata) dalam penelitian ini dilakukan melalui Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action
research).
Kemmis dan Carr
(Kasbolah, 1998:13) mengatakan bahwa : ”Penelitian tindakan merupakan suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku
dalammasyarakat sosiak (termasuk pendidikan) dan bertujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan itu
dilakukan”.
Selain itu Ebbut (1985:12)
berpendapat bahwa:”Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis
yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan
melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan terapi
perbaikan terhadap proses pembelajaran. Tindakan ini sangat penting mengingat
kualitas pendidikan di Indonesia saat ini tertinggal dari negara-negara
tetangga yang manajemen pendidikannya terorganisasi dengan baik.
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Konsep dasar
dari penelitian ini adalah peneliti berusaha memaparkan dan menggambarkan
berbagai gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi ketika penelitian
dilakukan.
Karakteristik dasar metode
penelitian deskriptif yang digunakan peneliti adalah :
a. Masalah yang diamati adalah masalah yang
aktual yang terjadi ketika penelitian dilakukan.
b. Lebih berfungsi sebagai pemecahan masalah
praktis pendidikan.
c. Pemanfaatan temuan penelitian berlaku saat
penelitian dilakukan dan belum tentu relevan jika digunakan untuk waktu yang
akan datang.
d. Hasil pengamatan disusun, disimpulkan,
serta dideskripsikan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.
3. Prosedur Penelitian
|
Prosedur penelitian tindakan kelas
ini mengembangkan bentuk yang dijabarkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah,
1998:14) yaitu merupakan serangkaian tindakan yang sistematis yang terdiri dari
: 1) Perencanaa; 2) Tahap pelaksanaan tindakan; 3) Tahap pengamatan; 4) Tahap refleksi.
|
Gambar 1
Langkah Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Secara
lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1.
Tahap
perencanaan
Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Membuat skenario pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga benda-benda konkret (nyata).
b.
Membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas
ketika guru menggunakan alat peraga konkret (nyata) dalam mengajar matematika.
c.
Mendesain
alat evaluasi belajar untuk melihat apakah siswa mampu menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah melalui penggunaan alat peraga benda konkret (nyata).
2.
Pelaksanaan
tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya dengan menggunakan alat peraga benda-benda konkret (nyata).
3.
Observasi
Dalam tahap ini dilakukan proses
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dirancang.
4.
Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap
observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisa dalam tahap ini. Dari observasi
dapat mereflesikan diri dengan melihat data observasi yang didapat, apakah
kegaiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penggunaan alat peraga benda
konkret (nyata) dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Hasil analisis dalam
tahap ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan siklus selanjutnya.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Tes tertulis (soal pemecahan masalah),
diberikan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang pemahaman dan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal secara benar.
b. Observasi kelas, kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan mengamati jalannya proses pelaksanaan tindakan setiap siklus.
c. Angket, merupakan daftar pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk mendapatkan keterangan tertentu dari subjek
penelitian.
d. Wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang berkenaan dengan rencana tindakan dan pandangan
guru/teman sejawat terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
J. Jadwal Penelitian
Siklus
I : 27 Oktober 2007
(3 jam pelajaran)
Siklus II :
03 November 2007 (3 jam pelajaran)
Siklus III :
17 November 2007 (3 jam pelajaran)
K. Biaya Penelitian
NO.
|
KEGIATAN
|
PERSENTASE (%)
|
TOTAL (Rp)
|
1.
|
Honorarium Peneliti
|
30 % x Rp. 2000.000
|
600.000,-
|
2.
|
Biaya operasional kegiatan penelitian,
pembekalan buku, bahan habis pakai yang digunakan selama penelitian.
|
35 % x Rp. 2000.000
|
700.000,-
|
3.
|
Biaya perjalanan/transportasi selama
penelitian.
|
15 % x Rp. 2000.000
|
300.000,-
|
4.
|
Biaya seleksi internal, seminar lokal,
publikasi, diseminasi hasil penelitian.
|
10 % x Rp. 2000.000
|
200.000,-
|
5.
|
Pengeluaran lain-lain :
- Foto
copy laporan
-
Pembelian ATK
|
10 % Rp. 2000.000
|
200.000,-
|
Jumlah
|
2.000.000,-
|
L. Personalia Penelitian
Nama
Peneliti : Achmad Sofyan,
A.Ma.Pd
Observer : Cahyadi, S.Pd
Waktu Penelitian :
2 bulan (Oktober sampai dengan November 2007)
M. Daftar Pustaka
·
Dahlan,
M.D. (1990) Model-Model Mengajar.
Bandung : CV. Diponegoro
·
Depdiknas.
(2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Balitbang. Pusat Pengembangan
Kurikulum.
·
E.S.
Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti. Proyek
PGSD. Depdikbud.
·
Gaffar,
M. Fakry. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI.
Bandung : Dian Pelita Sakti.
·
Russefendi,
ET. (1995). Pendidikan Matematika
(Modul). Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
·
Sukmadinata,
N, Syaodih. (2003). Landasan Psikologis
Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosda Karya
·
Sukirman,
dkk. (2001). Matematika (Modul). Jakarta
: Universitas Terbuka, Depdikbud.
N. Sistematika Laporan Penelitian
Karya tulis ilmiah yang akan disusun
terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut :
1. JUDUL
2. TIM PEMBIMBING DAN PENGESAHAN
3. PERNYATAAN
4. ABSTRAK
5. KATA PENGANTAR
6. DAFTAR ISI
7. DAFTAR LAMPIRAN
8. BAB I PENDAHULUAN
9. BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
10. BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
11. BAB IV PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
12. BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
O. Agenda Kegiatan Penelitian
NO.
|
JENIS KEGIATAN
|
BULAN
|
|||||||||||||||||||
SEPTEMBER
|
OKTOBER
|
NOVEMBER
|
DESEMBER
|
||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Persiapan
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Penyusunan proposal
|
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Penyerahan proposal
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pengesahan proposal
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Penyusunan persiapan
perencanaan tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Pembuatan instrumen penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Pelaksanaan tindakan siklus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
√
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
√
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Pengolahan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
√
|
|
√
|
|
|
|
|
|
10.
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
11.
|
Penyerahan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
0 komentar: